Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

Wajah di Jendela

Kalau kita mau mau main hitung-hitungan kesedihan, tentu saja kami yang akan menang. Sebesar apa pun dukamu tidak akan sampai seujung kuku dari derita yang kami terima—justru—saat kami sedang berusaha menghiburmu. Sejenak mengalihkan perhatianmu dari bayangan malaikat maut yang setiap saat mengintai dari balik tirai abu-abu di pojok ruangan. Percayalah, air mata yang kamu teteskan saat menahan sakit itu bukan sepenuhnya air mata dari kelopak matamu sendiri. Itu akumulasi air mata kami juga yang diam-diam kami transfer lewat senyum di hadapanmu. Ya, hanya di hadapanmu sekarang kami bisa tersenyum. Selebihnya, kami menangis diam-diam. Kami menangis setiap saat, dimana pun; di toilet, dalam bus, di kamar, dimana pun asal kamu tidak melihat. Tangisan tanpa suara.                 Setiap malam, harap-harap cemas kami berdoa yang sepenuhnya sia-sia. Berharap malaikat maut sejenak alpa supaya—setidaknya—kita bisa menyesap beberapa gelas Bourbon atau membakar Sir Walter Raleigh sembar